Arin Sayang Zumzum

     Sore itu setelah salat Ashar, Arin putri kedua Bunda Uun tampak kesal. Ia melihat adiknya yang masih bayi selalu di gendong Bu Uun. 
    "Bunda, mengapa dari tadi Zumzum terus yang di gendong?,"tanya Arin. Sepertinya Arin cemburu dengan kehadiran Zumzum. 
     "Zumzum kan masih 7 bulan Arin. Dan kslau tidak Bunda gendong, Zumzum tidsk bisa kemana-mana,"jawab Bunda Uun ssmbil membelai rambut Arin. Sementara itu Hikam kakak Arin yang sudah berusia 7 th hanya tersenyum melihat kecemburuan Arin. Hikam kemudian mengajar Arin bermain masak-masakan di teras depan rumah. 
      Sekitar pukul 16.00 Bu Uun menyiapkan keperluan mandi mereka bertiga. Setelah selesai mandi dan berpakaian rapi, Hikam dan Arin minta ijin untuk bersepeda berkeliling perumahan. Dengan lembut Bu Uun mengijinkan. Sementara Bu Uun membereskan rumah, Zumzum di masukkan ke bok tempat to
Idurnya. Bu Uun menyapu rumahnya dari dalam sampai teras. Setelah selesai Bu Uun mandi. Kamar mandi rumah itu letaknya agak di belakang agak jauh dari kamar Zumzum. Supaya aman Bu Uun mengunci pintu dari dalam. Setelah selesai mandi tiba-tiba Bu Uun terkejut melihat Zumzum sudah tidak di box. Ia segera mencari di semua ruangan. Ia mendapati pintu samping terbuka. Berdebar hati Bu Uun. Bu Uun kembali ke kamar dan mengambil hpnya untuk menelepon suaminya yang belum pulang. 
       "Pak, Zumzum tidak di kamar. Bunda sudah mencari di semua ruangan blm ketemu,"cerita Bunda Uun kepada suaminya. Suaminya dengan bijak membesarkan hatinya.
      "Bunda, mungkin Zumzum diajak Hikam main. Coba cari Hikam dan Arin dulu ya,"jawab suaminya. Bu Uun mulai tenang, benar kata suaminya. Ia kini menunggu pulangnya Arin dan Hikam. 
      Sekitar pukul 17an Hikam pulang. Namun tidak bersama Arin maupun Zumzum. Hati Bu Uun mulai berdebar kembali. Tiba-tiba Arin datang bersama Bu Puspa tetangga Bu Uun. Bu Puspa menceritakan bahwa tadi setelah bermain sepeda  Arin pulang duluan. Ketika Arin pulang, Zumzum bangun tidur dan menangis, namun karena Bu Uun mandi dan tidak mendengar, maka Arin berusaha menolong Zumzum. Arin memanggil Bu Puspa...karena semua pintu dikunci maka Bu Puspa mengambil Zumzum dari jendela dan mengajak mereka berdua bermain di rumah Bu Puspa. Memang jendela kamar Zumzum lebar. Ketika di rumah Bu Puspa, Arin benar-benar jadi kakak yang baik. Arin bisa membuat Zumzum tersenyum dan sesekali tertawa. Bu Puspa mendekati Bu Uun dan meminta maaf telah membuat Bu Uun cemas. 
     "Maafkan saya Bu Uun, saya hanya ingin membantu Arin,"ucap Bu Puspa. 
      "Maafkan Arin juga ya Bun, Arin sering cemburu kepada Dik Zumzum. Tapi sebenarnya Arin sayang Zumzum. Kalau melihat Zumzum tersenyum dan tertawa, Arin bahagia sekali,"ucap Arin sambil memeluk Bunda Uun.
      "Iya Arin, bunda minta maaf juga jika membuat Arin cemburu. Arin harus tau, dulu waktu Arin seusia Zumzum, Arin juga sering digendong Bunda,"cerita Bunda Uun sambil mencium kening Arin yang masih dalam dekapannya.
        "Terima kasih Bu Puspa, sudah membantu Arin dan menemani Zumzum. Semoga Allah memberikan pahala yang berlipat. Aamiin,"ucap Bunda Uun kepada Bu Puspa. Setelah Bu Puspa menyerahkan Zumzum, beliau meminta ijin pulang. Arin pun segera masuk rumah. Dalam hati Bu Uun berjanji akan selalu menyanyangi Hikam, Arin dan Zumzum dengan adil dan tidak pilih kasih. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mantan Terindah

Ku Ikhlaskan