Keliling Desa

Namanya Nizam. Zaidan Shidqi Althafunizam adalah putra kedua dari Pak Ja'far dan Ibu Nais. Pagi itu Nizam ingin sekali keliling desa bersama bapaknya. Ia mendekati Pak Jafar dan menatapnya penuh harap.
    "Bapak, Nizam ingin pit-pitan keliling desa? Tapi Nizam pinginnya naik sepeda,"rengek Nizam. Pak Ja'far yang suka bercanda pun menepuk-nepuk pundak Nizam.
      "Emang Nizam tidak capek kalau naik sepeda dan keliling desa?,"tanya Pak Ja'far sambil tersenyum menggoda Nizam.
       "Maksud Nizam, Bapak yang naik sepeda. Nizam mbonceng di belakang,"ucap Nizam dengan polosnya. Karena tidak ingin membuat Nizam sedih, Pak Ja'far mengangguk tanda setuju. Sepeda kesayangannya segera di keluarkan dari garasi. Pagi itu memang hari Ahad dan suasananya mendukung sekali. Sinar mentari hangat menemani mereka mengelilingi desa. Burung-burung pagi pun bersiul mengajak bernyanyi. Udara desa yang sejuk menambah tentramnya hati. Nizam bersenandung di belakang bapaknya. Tiba-tiba Nizam berhenti bersenandung.
       "Hai guys, siang ini Nizam keliling desa dengan ayah,"ucap Nizam menirukan youtuber.
       "Lho ini masih pagi Nizam, kok dibilang siang,"spontan Pak Ja'far mengingatkan. 
        "Hari yang indah, tapi bau apa ya ini. Hidung Nizam jadi gimana?,"tanya Nizam lugu. Memang di pedesaan itu berdiri pabrik Ban. 
        "Itu bau limbah pabrik ban, Nizam. Semoga suatu saat nanti pabrik ban bisa mendaur ulang limbahnya sehingga tidak menimbulkan polusi udara seperti ini,"ucap Pak Ja'far menjelaskan. Setelah beberapa saat tiba-tiba sepeda Pak Ja'far terantuk kerikil. Pak Ja'far kemudian menghentikan sepedanya. 
        "Mengapa Bapak berhenti?,"tanya Nizam penasaran. Rumah mereka masih jauh. 
        "Nizam, ada kerikil di tengah jalan. Sebaiknya Nizam mengambil dan membuangnya dari jalan. Agar nanti tidak ada yang celaka lagi. Kita tadi hampir terjatuh gara-gara Bapak tidak tau kalau ada kerikil,"ucap Pak Ja'far sembari memberikan pendidikan karakter pada Nizam.
        "Siap Bos, laksanakan,"kata Nizam sambil tersenyum. Setelah membuang kerikil itu mereka melanjutkan perjalanan pulang.
Sampai di rumah Nizam menceritakan perjalanan mereka kepada Bu Nais. Bu Nais terlihat bahagia mendengar cerita anaknya. Semoga suatu saat nanti Bu Nais bisa menemaninya belajar dari alam bersama suami tercintanya.

 
      

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mantan Terindah

Ku Ikhlaskan